Jayapura - Papua tidak hanya dalam sorotan Indonesia,
tapi juga sedang dalam sorotan dunia Internasional. Hal itu diakui
Pangdam XVII/Cenderawasih, Mayjen TNI Drs Christian Zebua di depan
puluhan wartawan pada acara tatap muka Pangdam dengan insan pers
se-Jayapura di Kediaman Pangdam XVII/Cenderawasih, Senin (12/11), malam.
DIkatakan, karena Papua dalam sorotan, sehingga apapun yang
terjadi di Papua dapat diketahui, baik oleh seluruh Indonesia maupun
oleh dunia internasional.
Namun Pangdam mengatakan, kondisi ini
tidak perlu dikhawatirkan, pasalnya negara-negara di dunia sudah
mengakui Papua adalah bagian integral yang tak terpisahkan dari Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Sebab kata mantan Danrem 171/PVT
Sorong ini, sorotan yang sama juga ternyata dialami sejumlah negara di
dunia, tak hanya Indonesia. “ Jadi semua yang terjadi di Papua
adalah suatu dinamika yang juga terjadi di negara-negara lain,
seperti ini Philipina, India, China dan lain-lain,” ujarnya.
Acara
Tatap Muka dengan Insan pers ini juga dihadiri Ketua Persatuan
Wartawan Indonesia (PWI) Papua Frans Ohoiwutun, Ketua Aliansi
Jurnalis Indonesia (AJI) Papua Viktor Mambor serta pimpinan media
massa cetak maupun elektronik.
Menurutnya, Papua adalah daerah misiologi, baik nasional maupun
internasional, sehingga sebagai bangsa Indonesia dibutuhkan untuk
bertugas dengan baik di daerah ini.
“Daerah ini aman dan damai,
tidak seperti yang banyak ditayangkan di media nasional di Jakarta.
Meski diakui sering ada perang suku, aksi-aksi penembakan. Tapi
masyarakatnya begitu baik dan wellcome,” ujarnya seraya menambahkan,
pihaknya sudah menjalin komunikasi dengan tokoh masyarakat, tokoh
adat, perjabat pemerintahan. Namun demikian, ada sesuatu yang
harus diselesaikan bersama di wilayah ini.
“Mungkin
kesalahpahaman atau tak sepaham ada kelompok masyarakat yang merasa
terprovokasi munculnya isu-isu yang dapat membuat daerah ini tak
kondusif,” imbuhnya.
Karenanya, kata dia, tugas Kodam sudah jelas yakni menegakkan kedaulatan, menjaga keutuhan dan menjaga keselamatan NKRI.
Menjawab
pertanyaan wartawan soal netralitas TNI saat Pemilukada Gubernur
dan Wakil Gubernur, Pangdam menjelaskan, sejak Orde Reformasi TNI
tak terlibat politik praktis, tapi berorientasi kepada kepentingan
negara.
“Saya minta TNI tak memihak salah-satu Calon Gubernur atau
partai politik tertentu. Bahkan dilarang melakukan diskusi politik.
Bila ketahuan saya akan tindak tegas,” tuturnya.
Sedangkan,
soal pengamanan di daerah perbatasan dan adanya pasokan senjata
api dari Papua New Guinea (PNG), kata dia, pihaknya mengakui
keteratasan personil, apalagi di daerah Selatan hanya ada 2 Batalyon
padahal panjang daerah perbatasan sekitar 800 Km. Karena itu, kata
dia, pihaknya segera merevisi Pos Pos yang kurang efektif yang
menyeabkan lolosnya senjata api ilegal.
Karena itu, lanjutnya,
pihaknya bekerjasama dengan masyarakat setempat untuk
menginformasikan keberadaan senjata api tersebut sekaligus koordinasi
dengan pemerintah PNG guna memperketat pengawasan, khususnya di
wilayah perbatasan.
Ajak Bangun Papua
Sementara itu,
adanya kelompok berseberangan yang selama ini dengan alasan idiologi
minta memisahkan diri dari NKRI, nampaknya mendapat tanggapan serius
dari Pangdam XVII/Cenderawasih, Mayjen TNI, Drs. Christian Zebua.
Terkait dengan itu, Pangdam , akan membangun upaya komunikasi yang intensif dengan pihak-pihak yang berseberangan tersebut.
Menurutnya, adanya keingin memisahkan diri dimaksud, karena
kemungkinannya terjadi suatu komunikasi selama ini terputus yang
tidak terbangun dengan baik antara kelompok tersebut dengan pemerintah.
Untuk itulah, Pangdam mengajak semua pihak termasuk kelompok yang
berseberangan itu untuk bersama-sama membangun komunikasi, sehingga apa
yang menjadi kekurangan selama ini dapat dibenahi bersama demi
meningkatkan kemandirian dan kesejahteraan rakyat Papua di segala aspek
kehidupan, terutama masyarakat yang ada di kampung-kampung.
“Sudah
pasti kami mencoba memberikan pemahaman yang baik dan bangun komunikasi
dengan kelompok-kelompok yang selama ini beda pendapat dengan
pemerintah,” ungkapnya kepada Bintang Papua usai pertemuan dengan Insan
Pers di Kediamannya, Senin, (12/11).
Meski demikian, Pangdam
mempertanyakan, sebetulnya merdeka sesungguhnya seperti apa, pasalnya
Indonesia adalah Negara bebas , dimana setiap orang bebas melaksanakan
segala aktifitas, namun bebas bukan berarti sesuka hati mengambil
tindakan, melainkan segala tindak tanduk harus sesuai koridor hukum
yang berlaku, yakni, menciptakan kedamaian, kenteraman, dan
kesejahteraan bagi orang lain.
Pangdam juga mengajak semua komponen
masyarakat tanpa terkecuali untuk bersama-sama membangun tanah Papua
yang aman, damai dan sejahtera, hilangkan segala perbedaan yang
merugikan diri sendiri dan orang lain.
Disamping itu, hendaknya mari
belajar dan belajar untuk tingkatkan sumber daya manusia (SDM) kita,
agar suatu saat jangan hanya menjadi pemimpin di tanah Papua, tetapi
menjadi pemimpin di daerah lain, bahkan bila perlu kelak menjadi
Presiden RI, sebagaimana dirinya atas perkenaan Tuhan menjadi Pangdam di
Papua, padahal ia merupakan orang asli Pulau Nias.
“Ini Negara kuat
dan Negara besar, kenapa kita harus ada konflik. Mari kita komunikasi
dengan baik, tapi jangan komunikasi dengan pergerakan senjata, karena
siapapun tidak akan menerima jika ada pergerakan senjata,” pungkasnya.