Hati Orang Papua Perlu Disembuhkan,
Hati Orang Papua Perlu Disembuhkan |
Kamis, 12 Januari 2012 |
Hati Orang Papua Perlu DisembuhkanKata Kenius Kogoya: Presiden Harus Penuhi Janji Dialog Jakarta-Papua |
JAYAPURA—Ketua Kaukus Parlemen Pegunungan DPR Papua Kenius Kogoya SP mengatakan, kebutuhan rakyat Papua kini bukan kehadiran sejumlah program program pembangunan untuk mensejahterakan rakyat, tapi masalah yang paling urgen dari semua masalah adalah pemerintah seyogyanyalah mampu menyembuhkan luka hati yang diderita rakyat Papua, yang selama ini terabaikan.
Menurut Anggota Komisi E DPR Papua yang antara lain membidangi masalah kesejahteraan ini, masalah utama yang dihadapi rakyat Papua bukan masalah kesejahteraan saja. Tapi yang terpenting adalah menyembuhkan luka hati yang diderita rakyat Papua selama ini. “Rakyat Papua dari jaman dahulu kala sudah sejahtera. Makan dan hidup dimanapun yang sudah menjadi bagian dari keseharian rakyat Papua,” tegasnya di ruang kerjanya Kamis (12/1) menanggapi pembrritaan yang menyebutkan Negera ingin mewujudkan kesehteraan di Papua.
Karena itu, tambahnya, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono harus menempati janjinya menggelar Dialog Jakarta Papua dengan memanggil dan melibatkan seluruh tokoh-tokoh orang Papua. “Pemerintah harus segera mewujudkan dialog dengan para pemangku kepentingan di Papua dengan pendekatan hati yang menghargai martabat rakyat Papua sebagai satu satunya solusi atas masalah yang telah lama menyesangrakan rakyat Papua,” imbuhnya.
“Rakyatku kalian mau apa. Sebagai Bapak yang baik dia harus membuka diri. Betapapun rakyat Papua adalah bagian dari NKRI serta pemilik pembangunan. Dia harus merasakan pembangunan ini,” tegasnya. Dalam dialog bersama tokoh tokoh Papua, dia mengatakan, Presiden tak perlu melibatkan pejabat pejabat Papua karena merekalah yang justru menggagalkan Otonomi Khusus.
“Rakyat Papua bukan meminta suatu program baru untuk kesejahteraan. Tapi rakyat Papua menginginkan agar Presiden dapat duduk dan dialog bersama,” tandasnya.
Kata dia, apabila pemerintah tak melibatkan tokoh tokoh Papua yang mendiami wilayah-wilayah pegunungan, pesisir pantai serta wilayah terisolir, maka sebagus apapun programnya imposible.
Program UP4B, tukas politisi PPRN ini, disatu sisi baik tapi bukan solusi terbaik bagi orang Papua. Pasalnya, program apapun sulit meredam hak hak politik rakyat Papua yang selama ini diabaikan dan ditinggalkan.
Dikatakan, jika Presiden berkeinginan berdialog dengan rakyat Papua, luka batin itu pelan-pelan bisa disembuhkan. Hanya saja ruang dialog yang diinginkan rakyat Papua tak pernah terbuka.
Dia menambahkan, walaupun Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Papua memberikan apresiasi terhadap janji yang disampaikan Ketua Unit Percepatan Pembangunan Papua dan Papua Barat (UP4B) Letjen TNI (Pur) Bambang Darmono bahwa pihaknya memprioritaskan pembangunan di wilayah Pegunungan dan wilayan terisolir di kedua Provinsi diufuk timur Nusantara. Tapi ada nada pesimis lantaran membangun wilayah Pegunungan dan wilayah terisolir hanya dalam tempo 3 tahun dianggap sesuatu yang tak mungkin atau imposible. Pasalnya, letak geografis wilayah Pegunungan dan wilayah terisolir baik di Provinsi Papua dan Papua Barat yang menjadi sasaran UP4B sangatlah berat dan luas membutuhkan waktu berpuluh puluh tahun untuk membangunnya.
Hal ini disampaikan Ketua Kaukus Parlemen Pegunungan DPR Papua Kenius Kogoya SP di ruang kerjanya, DPR Papua, Jayapura, Kamis (12/1). Dia mengatakan, apabila pemerintah pusat lewat UP4B dalam tempo 3 tahun mampu mensejahterakan orang Papua yang berada di wilayah Pegunungan dan wilayah terisolir pihaknya menyampaikan terimakasih lantaran baru pertama kali ini ada perhatian untuk rakyat di wilayah Pegunungan dan wilayah terisolir.
“Kasihan para Bupati kelola APBD Rp 400 Miliar – Rp 600 Miliar pertahun sehingga hadirnya UP4B mampu mengsinergikan pembangunan khususnya di wilayah Pegunungan dan wilayah terisolir.
Karena itu, sambungnya, UP4B harus memahami karakter rakyat Papua yang ada di wilayah Pegunungan dan wilayah terisolir menyangkut kebudayaan, letak geografis dan lain lain.
“Kehidupannya rakyat Papua seperti apa baru you bisa masuk membawa program yang cocok dengan kebudayan setempat,” katanya.
“Tapi bila program UP4B dibuat di Jakarta lalu bawa datang untuk rakyat Papua yang ada di hutan dan pesisir kira-kira dia bisa menerimanya.”
0 komentar:
Posting Komentar